1. Bersikap Romantis
Lupakan ranjang yang bertabur bunga mawar, dekorasi kamar yang elegan, dan sebagainya yang hanya membentuk keromantisan fisik. Tanpa kesadaran suami-istri untuk bersikap romantis, hal-hal tadi hanya sia-sia. Ketika sudah duduk di peraduan, suami bisa memulai “ajakan” dengan cara mengusap rambut depan istrinya. Usapan ini dijamin akan menghasilkan keteduhan mata sang istri; ia merasa dilindungi dan aman untuk memulai sesuatu yang belum pernah dicobanya. Yang perlu dicermati, jika usapan ini tidak didasari ketulusan hati, hasilnya justru akan fatal. Ketika mengusap rambut, mata suami dan istri akan bertumbukan; dan tidak ada yang bisa membohongi mata. Biasanya, respons sang istri, jika ia benar-benar cinta, mungkin akan meredup sejenak (mata manja) atau mungkin menunduk. Ini adalah sinyal “siap” untuk diajak ke ranjang.
2. Tidak Terburu-buru
Banyak orang yang hendak pertama kali berhubungan suami-istri, menggombal kian kemari telah mempelajari berbagai teknik untuk memuaskan pasangan. Nyatanya, ketika di ranjang, ia justru malah diam membisu dan tidak responsif terhadap keinginan pasangan. Seorang pria, terbiasa buru-buru memulai; dan efeknya, tentu terburu-buru selesai sebelum memuaskan pasangan. Sudah jamak diketahui bahwa pria cepat panas (apalagi jika pertama kali melakukan hubungan suami-istri) sedangkan wanita lebih banyak membutuhkan waktu untuk panas. Maka, seorang pria hendaknya mampu menahan keinginannya yang meledak-ledak. Ia bisa memulai dengan mencium bagian-bagian tertentu yang bisa membangkitkan gairah istri (tidak semua perempuan memiliki titik terangsang yang sama. Jika Anda mendengar dari teman, istrinya terangsang ketika dibisiki pada telinga, belum tentu istri Anda juga demikian). Setelah pemanasan dirasa cukup, barulah suami-istri bergerak ke ranjang. Pemanasan yang kurang tidak hanya bisa membuat sang istri merasa sakit (belum cukup panas), tapi bisa membuat sang suami loyo duluan sebelum istri mencapai klimaks.
3. Lupakan Khayalan “Indah”
Kadang, karena sering menonton film porno, laki-laki berkhayal bahwa perempuan menyukai alat vital yang besar, “serangan yang gencar-membabi buta”, dan sebagainya. Sementara itu, perempuan beranggapan, pria mudah terpancing gairahnya oleh bagian-bagian tubuh tertentu yang besarnya melebihi ukuran normal. Namun, perlu diketahui, itu semua hanya ada di film. Mungkin memang ada perempuan yang suka “permainan yang kasar”. Namun, kebanyakan perempuan lebih suka ketika suaminya berlaku halus, lembut, dan penuh kasih sayang. Demikian pula perempuan. Tidak semua lelaki suka perempuan yang gayanya liar; bahkan mungkin akan kebingungan dengan sang istri yang “berlaku di luar kebiasaan” (misalnya, sang suami selama ini melihat istrinya pendiam). Film porno hanyalah sebatas pemuas khayalan. Pada praktiknya, bahkan bisa jadi hubungan suami-istri yang terjadi justru kebalikan dari film porno tersebut.