Pemerintah lewat Departemen Penerangan waktu itu gencar melarang orang-orang lihat gerhana matahari total yang bertepatan pada hari Sabtu, 29 Syakban 1403 Hijriah. Larangan itu dengan cara massif di sampaikan lewat beragam media, baik elektronik, bikin bahkan juga lewat spanduk di jalan-jalan.
Kepolisian bahkan juga mengadakan patroli khusus untuk mengingatkan orang-orang supaya tak melihat GMT dengan cara langsung. Termasuk juga menyingkirkan paksa orang-orang supaya masuk ke rumah.
" Saya sendiri masih begitu ingat tulisan spanduk bergambar Pak Harto (Presiden Soeharto) yang bertuliskan 'Jangan mencoba-coba melihat gerhana matahari walaupun hanya sedetik. Kebutaan akibat melihat langsung gerhana matahari tidak bisa diobati', " kata Ahli Pengetahuan Falak Kampus Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang, KH Ahmad Hambali.
" Pagi itu jam 08. 00 WIB saya dari Semarang memang berniat pergi ke Boyolali untuk melihat GMT disana. Kebetulan di Boyolali GMT waktunya lebih lama di banding Semarang, " tutur Ahmad.
Dalam perjalanannya hingga Masjid Baiturrahman, Simpang Lima Semarang, telah tampak kerumunan orang yang bersama-sama untuk salat gerhana. Tetapi ia mengakui kesulitan memperoleh moda transportasi jurusan Semarang-Solo lantaran tak ada bus umum di jalan.
Mujur ada satu armada colt tua yang kebetulan nekat beroperasi walau cuma ditumpangi lima orang penumpang. Di selama perjalanan itu bahkan juga tak satu juga didapati tempat tinggal warga atau jendela yang di buka.
Di dalam peristiwa gerhana matahari keseluruhan yang begitu gelap, Ahmad bahkan juga pernah keluarkan kepala lewat jendela kiri mobil untuk lihat segera gerhana. Ia bahkan juga lihat gerhana keseluruhan ini dengan indahnya, dimana planet Venus serta Jupiter tampak. Planet Mars bahkan juga posisinya begitu dekat dengan matahari.
" Pada kondisi gerhana itu, saya saksikan beberapa hewan berlarian kesana kemari. Seperti ayam yang berlarian ketakutan. ”
Di dalam larangan itu, anehnya orang-orang cuma bisa melihat GMT dari siaran langsung Stasiun TVRI yang bekerja bersama dengan NHK Jepang. Siaran segera dilakukan di lokasi Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. (sumber viva,co.id)
